Muchammad
Ilham M
2KA18
14112746
Softskill TOU 2 TUGAS KE-III
A.
DEFINISI DAN DASAR
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Setiap organisasi, baik dalam skala besar maupun kecil,
terdapat terjadi perubahan-perubahan kondisi yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal organisasi. Dalam menghadapi
perkembangan dan perubahan yang terjadi maka diperlukan pengambilan keputusan
yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat
dilakukan agar roda organisasi beserta administrasi dapat berjalan terus dengan
lancar
Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan pimpinan dalam pembuatan keputusan maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi.
Pembuatan keputusan diperlukan pada
semua tahap kegiatan organisasi dan manajemen. Misalnya, dalam tahap
perencanaan diperlukan banyak kegiatan pembuatan keputusan sepanjang proses
perencanaan tersebut. Keputusan-keputusan yang dibuat dalam proses perencanaan
ditujukan kepada pemilihan alternative program dan prioritasnya. Dalam
pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan
masalah, dan pemilihan alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai
dampak yang mungkin timbul. Begitu juga dalam tahap implementasi atau
operasional dalam suatu organisasi, para manajer harus membuat banyak keputusan
rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai dengan rencana dan kondisi yang
berlaku. Sedangkan dalam tahap pengawasan yang mencakup pemantauan,
pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk
mengevalusai pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan. Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang
cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar
permasalahan yang akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan
terselesaikan sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan
efektif.
PENGERTIAN KEPUTUSAN MENURUT
BEBERAPA AHLI :
1. Ralph C. Davis (Hasan, 2004)
: memberikan definisi atau atau pengertian keputusan sebagai hasil pemecahan
masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang
pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan
tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan
dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari
rencana semula.
2. Mary Follet : memberikan
definisi atau pengertian keputusan sebagai suatu atau sebagai hokum situasi.
Apabila semua fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semuayang terlibat,
baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumannya atau ketentuannya, maka
tidak sama dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu
merupakan wewenang dari hukum situasi.
Definisi Pengambilan Keputusan
Keputusan
adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan
dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’
dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa
keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa
pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya. Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah
suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan
data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Untuk itu
dalam suatu proses pengambilan keputusan sebaiknya didasarkan oleh pemecahan
masalah yang diambil dengan metode pencarian alternatif dari alternatif yang tersedia
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak sembarangan.
DECISION
THEORY (TEORI KEPUTUSAN)
Pengambilan
keputusan adalah proses yang disengaja dalam membuat pilihan diantara satu atau
beberapa alternative dengan tujuan mencapai sesuatu yang diinginkan. Keputusan
muncul sebagai respon terhadap masalah atau peluang. Masalah (problem)
adalah penyimpangan dari situasi yang ada saat ini dengan situasi yang
diinginkan. Itu adalah kesenjangan (gap) antara apa yang terjadi dengan
apa yang seharusnya. Beberapa aspek kinerja tidak memuaskan. Peluang (opportunities)
terjadi ketika pemimpin melihat potensi prestasi yang menyediakan kesempatan
untuk menciptakan prestasi organisasional melebihi sasaran yang telah
ditetapkan saat ini. Peluang adalah penyimpangan antara harapan yang ada saat
ini dan pengenalan terhadap situasi yang secara potensial lebih baik. Para
pemimpin melihat kemungkinan meningkatkan kinerja melebihi level saat ini.
Dengan kata lain pengambil keputusan menyadari bahwa keputusan yang tepat dapat
menghasilkan kondisi sesuai tujuan atau yang diharapkan. Simon menggambarkan
hubungan antara pengambilan keputusan yang efektif dan administrasi organisasi.
Simon mencatat bahwa administrator tidak menyelesaikan apa-apa dibandingkan
operator di lapangan. Sebaliknya, mereka mempengaruhi pencapaian tujuan melalui
keputusan mereka. Proses pembuatan keputusan administrasi dipengaruhi tingkat
koordinasi, keahlian dan tanggung jawab pemangku jabatan, dan pelatihan
mempengaruhi kualitas pembuatan keputusan. Oleh karena itu perlu keseimbangan
antara kepentingan individu dan tujuan yang ingin dicapai organisasi. Hampir
semua pembahasan dalam proses pengambilan keputusan selalu merincinya menjadi
serangkaian langkah yang beurutan. Menurut Herbert A Simon, proses
pengambilan keputusan pada hakikatnya terdiri atas tiga langkah utama :
- Kegiatan inletejen. Dimbil dari penegrtian inletejen yang digunakan militer, langkah awal ini menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan.
- Kegiatan desain. Dlam tahap ini pembuatan, pengembangan dan penganalisaan sebagai rangkaian yang mungkin dilakukan.
- Kegiatan pemilihan. Pada tahap ini pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternatif yang tersedia (Herbert A Simon,)
Penyajian
langkah-langkah proses pengambilan keputusan lainnya hanya sedikit berbeda dari
apa yang dikemukakan oleh Simon, Newman dan Warren merinci
langkah desain dan mengidentifikasikan melalui 4 tahapan :
- Pembuatan suatu diagnosis,
- Penemuan penyelesaian alternatif,
- Penganalisaan dan pembandingan alternatif-alternatif dan
- Pemilihan rencana yang diambil. (William H Newman, Charles E Summer dan E Kirby warren, 1972).
Sedangkan
menurut Scott dan Mitchell, proses pengambilan keputusan
meliputi :
- Proses pencarian /penemuan tujuan,
- Formulasi tujuan,
- Pemilihan alternatif atau strategi untuk mencapai tujuan dan
- Mengevaluasi hasil-hasil, William G Scott dan Terence R Mitchell, 1975).
Pendekatan
konperhensif lainnya adalah dengan menggunakan analisa sistem.Selanjutnya ia
mengkaji fakta dan nilai dalam pengambilan keputusan. Pembatasan Simon jelas
antara keduanya. Fakta yang dapat diuji proposisi, di mana sebagai pernyataan
etis mungkin timbul dari dalam organisasi, dan melibatkan kata-kata seperti
“harus” atau “seharusnya.” Selain itu, keputusan ada yang mengandung faktual
dan komponen etika, sehingga keputusan tidak dapat dievaluasi sebagai “benar”
atau “salah.” Mereka hanya bisa dinilai oleh pencapaian tujuan, atau
“nilai-nilai.” Hal ini tampak jelas perbedaannya antara organisasi public dan
swasta.
Simon
mengajukan gagasan mempertimbangkan rasionalitas dalam perilaku administratif.
Idealnya, Simon menunjukkan bahwa semua pengambilan keputusan akan mengikuti
proses seperti mata rantai. Namun, sistem nyata jarang sesederhana ini, dan
orang tidak selalu berakhir dengan mempertimbangkan perilaku alternatif. Waktu,
pengetahuan, dan kelompok mempengaruhi perilaku. Rasionalitas secara kasar
didefinisikan sebagai perhatian atau keberpihakan pada pemilihan perilaku
tertentu dari suatu system nilai yang dapat dievaluasi.
Dasar –Dasar
Pengambilan Keputusan
1. RASIONALITAS KEPUTUSAN
Sarana
hasil akhir (means ends) adalah definisi rasionalitas yang paling sering
digunakan dalam pengambilan keputusan. Bila sarana (peralatan) dipilih secara
tepat untuk mencapai berbagai hasil akhir yang diinginkan, keputusan dikatakan
rasional. Bagaimanapun juga ada banyak komplikasi pada tes rasionalitas
sederhana ini. Pertama adalah sulit untuk memisahkan sarana-sarana dari hasil
akhir, karena suatu hasil akhir nyata mungkin hanya merupakan suatu sarana bagi
hasil akhir dimasa mendatang. Gagasan ini bisa disebut means-ends chain
atau hierarchy. Simon, mengemukakan bahwa hirarki sarana
hasil akhir terkadang merupakan satu rantai yang terintegrasi dan sepenuhnya
kait mengkait. Hubungan antara kegiatan organisasi dan tujuan akhir sering
kabur atau tujuan akhir ini dirumuskan secara tidak lengkap atau ada berbagai
bentuk komplik internal dan kongtradiksi diantara tujuan dan diantara
sarana-sarana yang dipilih untuk mencapainya ( Herbert A Simon,
1957). Disamping itu konsep yang digunakan dalam pengambilan keputusan bahkan
mungkin sudah usang. Sebagai contoh , penggunaan analisis
economic order quantity tanpa memperhatikan pemenuhan
asumsi-asumsinya, dimana hal ini sulit dilakukan dalam situasi bisnis sekarang
dapat mengarahkan pengambilan keputusan tidak rasional. Satu cara untuk
memperjelas rasionalitas sarana hasil akhir adalah dengan menambahkan berbagai
kata keterangan yang sesuai pada berbagai tipe rasionalitas. Jadi suatu
keputusan disebut rasional secara obyektif adalah bila keputusan tersebut dapat
memaksimumkan nilai-nilai tertentu dalam suatu situasi tertentu. Rasioonal
secara subyektif dapat digunakan bila keputusan memaksimumkan perolehan relatif
pengetahuan akan subyek tertentu. Rasional secara sadar mungkin diterapkan
untuk keputusan-keputusan dimana berbagai penyesuaian sarana terhadap hasil
akhir merupakan proses yang dilakukan dengan sadar. Suatu keputusan adalah
rasional secara sengaja bila penyesuaian sarana terhadap hasil akhir merupakan
proses yang dilakukan dengan sadar. Suatu keputusan rasional secara
sengaja bila penyesuaian sarana terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh
individu atau organisasi. Suatu keputusan adalah rasional secara orgaisasional
dalam arti bahwa keputusan tersebut diarahkan pada tujuan organisasi dan
rasional secara pribadi bila keputusan diarahkan ke tujuan individual.
2. RASIONALITAS TERBATAS DAN SATISFICING
Model
administratif pengambilan keputusan didasarkan pada hasil penelitian Hebert A.
Simon. Simon mengajukan dua konsep yang penting dalam pembentukan model
administratif : rasional terbatas dan satisficing. Rasionalitas
terbatas (bounded rationality) berarti bahwa orang-orang memiliki
keterbatasan dalam pemikiran rasional. Organisasi merupakan sesuatu yang sangat
kompleks dan para manajer memiliki waktu dan kemampuan untuk memproses
informasi dalam jumlah yang terbatas bagi pengambilan keputusan. Karena
pemimpin tidak memiliki cukup waktu atau kemampuan kognitif untuk memproses
informasi yang lengkap mengenai keputusan yang kompleks, mereka harus satisfice. Satisficing berarti
bahwa pembuat keputusan memilih alternatif solusi pertama yang memenuhi
kriteria keputusan minimal. Daripada mencari seluruh alternatif untuk
mengidentifikasi solusi tunggal yang akan memaksimalkan pendapatan ekonomi,
manajer akan memilih solusi pertama yang muncul untuk memecahkan masalah, meski
diperkirakan ada solusi lain yang lebih baik. Pembuat keputusan tidak dapat
mempertaruhkan waktu dan pengeluaran dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap.
Model
administratif tergantung pada asumsi-asumsi yang berbeda dengan apa yang
menjadi asumsi pada model klasik dan memfokuskan pada faktor-faktor organisasi
yang mempengaruhi keputusan individu. Menurut model administratif :
- Sasaran keputusan terkadang tidak jelas, saling bertentangan, dan kurangnya kesepakatan antar pemimpin. Para pemimpin sering tidak menyadari masalah atau kesempatan yang ada dalam organisasi.
- Prosedur rasional tidak selalu digunakan, dan ketika digunakan ternyata dibatasi pada pandangan yang sederhana mengenai masalah yang tidak mencakup seluruh kompleksitas atas apa yang terjadi dalam organisasi yang sesungguhnya.
- Pencarian pemimpin terhadap alternatif-alternatif dibatasi oleh batasan-batasan manusiawi, informasi dan sumber daya.
- Kebanyakan pemimpin lebih memilih satisficing daripada memaksimalkan solusi. Hal demikian terjadi karena sebagian dari mereka memiliki keterbatasan informasi dan sebagian karena kriteria mengenai hal-hal apa saja yang memaksimalkan solusi tidak jelas.
Model
administratif sering dianggap deskriptif, yang berarti menjelaskan bagaimana
manajer mengambil keputusan secara aktual dalam situasi yang kompleks daripada
sekedar memberikan perintah bagaimana seharusnya membuat keputusan menurut
teori yang ideal.
3. INTUISI
Aspek
lain dalam pengambilan keputusan administratif adalah intuisi, yakni menyajikan
pemahaman secara cepat terhadap situasi keputusan berdasarkan pengalaman masa
lalu tanpa pemikiran yang mendalam. Pengambilan keputusan secara intuitif bukan
merupakan hal yang sembarangan atau tidak masuk akal, karena hal tersebut
didasarkan pada praktek bertahun-tahun dan berdasarkan pengalaman yang
memudahkan manajer untuk mengidentifikasi solusi secara cepat tanpa melalui
perhitungan seksama. Menurut Michael Ray dan Rochelle
Myers intuisi sesungguhnya adalah “recognisi”. Ketika
orang-orang membangun pengalaman mendalam dan pengetahuan pada bidang tertentu,
keputusan yang tepat terkadang datang dengan cepat tanpa kesulitan apapun dalam
mengenali informasi yang sering dilupakan oleh pikiran sadar.
Para
pemimpin tergantung pada intuisi untuk menentukan kapan munculnya masalah dan
untuk mensintesiskan potongan data dan pengalaman yang terpisah menjadi
gambaran yang terintegrasi. Mereka juga menggunakan intuitif untuk menilai
hasil dari analsiis secara rasional. Apabila analisis rasional tidak sesuai
dengan intuisinya, para manajer akan menggali lebih mendalam sebelum menerima
usulan alternatif. Intuisi membantu para manajer memahami situasi yang
bercirikan ketidakpastian dan ambiguitas yang telah terbukti tidak mempan
terhadap analisa rasional.
B.
Jenis-jenis Keputusan Organisasi
Jenis
Keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu
yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut. Bagian mana organisasi
harus dilibatkan dalam mengambil keputusan, dan pada bagian organisasi
mana keputusan tersebut difokuskan.
Secara garis besar keputusan digolongkan ke dalam keputusan rutin dan keputusan yang tidak rutin. Keputusan rutin adalah keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang, dan biasanya telah dikembangkan cara tertentu untuk mengendalikannya. Keputusan tidak rutin adalah keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.
Dalam mengambil keputusan, baik yang bersifat rutin maupun tidak, ada dua metode yang digunakan. Metode pertama adalah metode tradisional, dimana pengambilan keputusan lebih berdasarkan pada intuisi dan kebiasaan. Metode yang kedua adalah metode modern, dimana pengambilan keputusan didasarkan pada perhitungan matematis dan penggunaan instrumen yang bersifat modern, seperti komputer dan perhitungan statistik.
Secara garis besar keputusan digolongkan ke dalam keputusan rutin dan keputusan yang tidak rutin. Keputusan rutin adalah keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang, dan biasanya telah dikembangkan cara tertentu untuk mengendalikannya. Keputusan tidak rutin adalah keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.
Dalam mengambil keputusan, baik yang bersifat rutin maupun tidak, ada dua metode yang digunakan. Metode pertama adalah metode tradisional, dimana pengambilan keputusan lebih berdasarkan pada intuisi dan kebiasaan. Metode yang kedua adalah metode modern, dimana pengambilan keputusan didasarkan pada perhitungan matematis dan penggunaan instrumen yang bersifat modern, seperti komputer dan perhitungan statistik.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam Pengambilan Keputusan
Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut Terry, yaitu :
a) Hal-hal yang berwujud maupun yang
tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam
pengambilan keputusan.
b) Setiap keputusan harus dapat
dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
c) Setiap keputusan jangan berorientasi
pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan
organisasi.
d) Jarang sekali pilihan yang
memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan.
e) Pengambilan keputusan merupakan
tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.
f)
Pengambilan keputusan yang efektif
membutuhkan waktu yang cukup lama.
g) Diperlukan pengambilan keputusan
yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
h) Setiap keputusan hendaknya
dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
i) Setiap keputusan merupakan tindakan
permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya.
Namun, terdapat enam faktor lain
yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan, antara lain:
1.
Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa
tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang
menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan
kesenangan.
2.
Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi
pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan
informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4.
Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan
melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya
melalui kemampuanya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan
antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.
Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu
tingkah laku tertentu.
D. Implikasi Manajerial
Proses
Pengambilan Keputusan partisipatif dalam organisasi sekolah Manajerial yang
baik. Rendahnya kemaMpuan kepala sekolah akan berpengaruh terhadap perolehan
dukungan dari masyarakat khususnya dukungan dalam mengambilan keputusan yang
dikeluarkan sekolah terkait dengan kebijakan dan rencana program pengembangan
sekolah.
Proses
Pengambilan Keputusan yang dilakukan oleh Bibit-Chandra, yang pada intinya
Presiden Republik Indonesia mengambil keputusan untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF). Pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh Presiden berdasarkan pada wewenang yang dimiliki, rasional , dan
fakta yang terjadi. Hal tersebut sesuai dengan dasar teori pengambilan
keputusan.
Pustaka serta Sumber Referensi :
Kasim,
Azhar. Teori Pembuatan Keputusan.
Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. 1995
Syamsi,
Ibnu. Pengambilan Keputusan (Decision
Making). Jakarta : Bina Aksara. 1989
Wursanto, Ig. 2000,
Dasar-dasar Ilmu Organisasi, Edisi Pertama,
Andi, Yogyakarta.
Gibson,
dkk. ORGANISASI, Perilaku, Struktur, Proses. Edisi kedelapan Jilid
dua. Tangerang:
Binarupa
AksaraZazin, Nur. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Konflik.
Yogyakarta: Absolute Media
http://cumaatugaas.blogspot.com/2013/05/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi.html
Ihsan.
2009. Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan [Online]. http://www.ruangihsan.net/2009/08/peran-kepemimpinan-dalam
pengambilan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar