Muchammad
Ilham M
14112746
3KA18
Pemahaman serta contoh penjelasan
Bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan yang dimiliki bangsa dan orang-orang Indonesia.
Bahasa tersebut mulai digunakan dalam kehidupan sehari-hari sejak Indonesia itu
mengalami zaman kerajaan, penjajahan sampai zaman yang begitu pesat teknologi
dan komunikasi ini, serta telah mengalami beberapa perubahan kalimat ejaan yang
disempurnakan. Masyarakat Indonesia itu sendiri di didik dan diajarkan penggunaan
bahasa yang baik serta tata cara penuturan ucapan dimulai sejak menduduki bangku
Sekolah Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dan perlahan seiring berjalan
waktu masyarakat pun dapat memahami isi tentang penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Kita juga mengetahui konsep tentang ragam bahasa yakni ada
ragam formal dan ragam informal. Ragam formal biasa juga disebut dengan ragam
resmi yakni penggunaan bahasa dalam situasi resmi, sedangkan ragam
informal/nonformal yang biasa juga disebut dengan ragam tak resmi yakni
penggunan bahasa dalam situasi tidak resmi. Dalam situasi formal atau resmi ini
bahasa Indonesia yang digunakan seperti dalam jurnal ilmiah, karya tulis
ilmiah, surat resmi, pidato resmi, dan penulisan skripsi dan lain-lain, semua
bentuk komunikasi tersebut harus sesuai dengan EYD, sedangkan dalam situasi
informal digunakan bahasa Indonesia yang digunakan seperti dalam pembicaraan
antara penjual dan pembeli di pasar, berbicara dengan orang disekitar
lingkungan, dan berbicara dengan teman sebaya. Itu merupakan bentuk komunikasi yang
tidak harus sesuai dengan EYD.
Contoh penggunaan
bahasa situasi resmi dan non resmi:
·
Contoh ragam resmi adalah ‘Saya
sudah menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut.’
·
Contoh ragam tak resmi adalah ‘pr
itu sudah aku selesaikan.’
Jika
bahasa sudah baku atau standar, baik yang ditetapkan secara resmi lewat surat
putusan pejabat pemerintah atau maklumat, maupun yang diterima berdasarkan
kesepakatan umum dan yang wujudnya dapat kita saksikan pada praktik pengajaran
bahasa kepada khalayak, maka dapat dengan lebih mudah dibuat pembedaan antara
bahasa yang benar dengan yang tidak. Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah
yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar.
Jika orang masih membedakan pendapat tentang benar tidaknya suatu bentuk
bahasa, perbedaan paham itu menandakan tidak atau belum adanya bentuk baku yang
mantap. Jika dipandang dari sudut itu, kita mungkin berhadapan dengan bahasa
yang semua tatarannya sudah dibakukan; atau yang sebagiannya sudah baku,
sedangkan bagian yang lain masih dalam proses pembakuan; ataupun yang semua
bagiannya belum atau tidak akan dibakukan. Bahasa Indonesia, agaknya termasuk
golongan yang kedua. Kaidah ejaan dan pembentukan istilah kita sudah
distandarkan; kaidah pembentukan kata yang sudah tepat dapat dianggap baku,
tetapi pelaksanaan patokan itu dalam kehidupan sehari-hari belum mantap. Orang yang mahir menggunakan bahasanya
sehingga maksud hatinya untuk mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu,
dianggap telah dapat berbahasa dengan efektif. Bahasanya membuahkan efek atau
hasil karena serasi dengan peristiwa atau keadaan yang dihadapinya. Di atas
sudah diuraikan bahwa orang yang berhadapan dengan sejumlah lingkungan hidup
harus memilih salah satu ragam yang cocok dengan situasi itu. Pemanfaatan ragam
yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa
itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai
sasarannya tidak selalu perlu beragam baku. Dalam tawar-menawar di pasar,
misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau
kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang
lain kita menggunakan kata baku seperti ini:
(1). Permisi Bapak, Apakah masih tersedia tempat kost yang
kosong di tempat kost Bapak?
(2). Permisi ibu Yu, saya datang mau mengambil pesanan
sayuran yang dipesankan oleh ibu saya tempo hari.
Contoh
di atas merupakan contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, alangkah tidak
baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat
itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih
tepat.
(3).
Pak, kosan yang kosong nya masih ada?
(4). mbak yu, pesanan sayur dari ibu ku mana..?
(4). mbak yu, pesanan sayur dari ibu ku mana..?
Sebaliknya,
kita mungkin berbahasa yang baik, tetapi tidak benar. Frasa seperti "ini
hari" merupakan bahasa yang baik sampai tahun 80-an di kalangan para
makelar karcis bioskop, tetapi bentuk itu tidak merupakan bahasa yang benar
karena letak kedua kata dalam frasa ini terbalik.
Karena
itu, dianjurkan agar kita paham dan mengerti dalam"Berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar" yang dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.
Ungkapan "Bahasa Indonesia yang baik dan benar" mengacu ke ragam
bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran dalam
kehidupan kita sehari-hari kelak. Dan yang menjadi kesimpulan adalah bahwa yang bisa kita pelajari dari semua
ini adalah Bahasa merupakan suatu karunia yang diberikan Tuhan
kepada manusia, agar manusia bisa memahami dan mengerti satu sama lain,
menjadikannya sebagai alat komunikasi yang dasar dan sentral dan disamping itu
bisa menjadi kekuatan tersembunyi dalam mempersatukan suatu hal dalam
penggunaannya, dan ada baiknya jika dalam penggunaannya, kita memakai bahasa
yang baik dan benar, sehingga bahasa yang kita
tuturkan terlihat sopan,
sesuai
norma dan sepadan.
beberapa sumber:
- http://pelitaku.sabda.org/bahasa_yang_baik_dan_benar
- http://uzi-online.blogspot.com/2011/10/ragam-bahasa.html
Pemahaman dan contoh Fungsi bahasa sebagai alat Komunikasi
Fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi
Bangsa
Indonesia memiliki bahasa yang disebut bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
tersebut. Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang dimodifikasi lalu
dicampur dengan bahasa-bahasa serapan dari berbagai daerah dan dari bahasa
asing yang kemudian dibakukan. Sedangkan bahasa melayu sendiri berakar dari
bahasa Austronesia yang muncul sekitar 6.000-10.000 tahun lalu. Bahasa
Indonesia diresmikan menjadi bahasa negara dan menjadi bahasa persatuan dari sekian
ratus bahasa daerah pada tanggal 28 Oktober 1928.
Sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai bahasa
resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan
pada tingkat nasional bagi kepentingan menjalankan roda pemerintahan dan
pembangunan, dan alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan,
seni, serta teknologi modern.
Bahasa
adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam berkomunikasi sehari-
sehari. Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang. Fungsi-fungsi tersebut antara lain, sebagai alat ekpresi
diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial, dan
sebagai alat kontrol sosial. Kali ini akan dibahas bagaimana fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi.
Sebuah
komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau
dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita dapat mempelajari dan
mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dan orang-orang yang
se-zaman dengan kita. Bahkan, sebagai alat komunikasi bahasa dapat menjadi saluran
perumusan maksud kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan
sesama warga karena ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,
merencanakan, dan mengarahkan masa depan kita.
Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita
sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin
menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat
orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin memengaruhi orang lain.
Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi,
dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian
utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan
khalayak sasaran tersebut. Pada saat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi,
kita juga harus mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk
dijual. Oleh karena itu, kita harus menggunakan "bahasa yang
komunikatif". Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dengan
tingkat pendidikan tertentu dan berwawasan luas, tetapi kata besar atau luas
lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Contoh lain, kata griya, lebih
sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata
besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih
umum. Sebaliknya, kata griya dan kata makro akan memberi nuansa lain pada
bahasa kita, yaitu nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, dan nuansa
tradisional. Contoh lain dalam penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi ialah berupa
bentuk tutur kata badan, bentuk suara, tulisan-tulisan, lukisan maupun gambar
diantaranya:
- Melambaikan tangan kepada orang lain
berarti untuk menyampaikan salam.
- Simbol dan tata aturan lalu lintas dijalan
dan lingkungan sekitar seperti: Selain tamu, Dilarang Parkir ditempat ini!, Sampai
Rambu Berikut
- Adzan yang berkumandang bertanda
bahwa semua umat muslim bersegera melakukan ibadah shalat.
- Alat komunikasi seperti
Handphone/Smartphone yang dapat melakukan panggilan suara terhadap orang lain.
- Alarm di sebuah Desa, tanda terjadinya sebuah musibah seperti Kebakaran, Gempa Bumi dll.
- Alarm di sebuah Desa, tanda terjadinya sebuah musibah seperti Kebakaran, Gempa Bumi dll.
-
Gambar peta, map dan gps, sebagai
penuntun dan penunjuk arah jalan.
Maka
dapat kita ketahui bahwa fungsi bahasa sebagai komunikasi tidaklah menggunakan
satu bahasa tetapi berbagai bahasa.
berbagai sumber:
- http://manado.tribunnews.com/2014/07/31/tajuk-tamu-fungsi-bahasa
berbagai sumber:
- http://manado.tribunnews.com/2014/07/31/tajuk-tamu-fungsi-bahasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar