Kamis, 15 Mei 2014

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI



Muchammad Ilham M
2KA18
14112746
Softskill TOU 2 TUGAS KE-III

A.   DEFINISI DAN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Setiap organisasi, baik dalam skala besar maupun kecil, terdapat terjadi perubahan-perubahan kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal organisasi. Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi maka diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dilakukan agar roda organisasi beserta administrasi dapat berjalan terus dengan lancar

          Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan pimpinan dalam pembuatan keputusan maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi.
            Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi dan manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukan banyak kegiatan pembuatan keputusan sepanjang proses perencanaan tersebut. Keputusan-keputusan yang dibuat dalam proses perencanaan ditujukan kepada pemilihan alternative program dan prioritasnya. Dalam pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang mungkin timbul. Begitu juga dalam tahap implementasi atau operasional dalam suatu organisasi, para manajer harus membuat banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai dengan rencana dan kondisi yang berlaku. Sedangkan dalam tahap pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevalusai pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan. Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan yang akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif.

PENGERTIAN KEPUTUSAN MENURUT BEBERAPA AHLI :
1. Ralph C. Davis (Hasan, 2004) : memberikan definisi atau atau pengertian keputusan sebagai hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
2. Mary Follet : memberikan definisi atau pengertian keputusan sebagai suatu atau sebagai hokum situasi. Apabila semua fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semuayang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumannya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari hukum situasi.

Definisi Pengambilan Keputusan
            Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Untuk itu dalam suatu proses pengambilan keputusan sebaiknya didasarkan oleh pemecahan masalah yang diambil dengan metode pencarian alternatif dari alternatif yang tersedia agar tidak terjadi hal-hal yang tidak sembarangan.
DECISION THEORY (TEORI KEPUTUSAN)
Pengambilan keputusan adalah proses yang disengaja dalam membuat pilihan diantara satu atau beberapa alternative dengan tujuan mencapai sesuatu yang diinginkan. Keputusan muncul sebagai respon terhadap masalah atau peluang. Masalah (problem) adalah penyimpangan dari situasi yang ada saat ini dengan situasi yang diinginkan. Itu adalah kesenjangan (gap) antara apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya. Beberapa aspek kinerja tidak memuaskan. Peluang (opportunities) terjadi ketika pemimpin melihat potensi prestasi yang menyediakan kesempatan untuk menciptakan prestasi organisasional melebihi sasaran yang telah ditetapkan saat ini. Peluang adalah penyimpangan antara harapan yang ada saat ini dan pengenalan terhadap situasi yang secara potensial lebih baik. Para pemimpin melihat kemungkinan meningkatkan kinerja melebihi level saat ini. Dengan kata lain pengambil keputusan menyadari bahwa keputusan yang tepat dapat menghasilkan kondisi sesuai tujuan atau yang diharapkan. Simon menggambarkan hubungan antara pengambilan keputusan yang efektif dan administrasi organisasi. Simon mencatat bahwa administrator tidak menyelesaikan apa-apa dibandingkan operator di lapangan. Sebaliknya, mereka mempengaruhi pencapaian tujuan melalui keputusan mereka. Proses pembuatan keputusan administrasi dipengaruhi tingkat koordinasi, keahlian dan tanggung jawab pemangku jabatan, dan pelatihan mempengaruhi kualitas pembuatan keputusan. Oleh karena itu perlu keseimbangan antara kepentingan individu dan tujuan yang ingin dicapai organisasi. Hampir semua pembahasan dalam proses pengambilan keputusan selalu merincinya menjadi serangkaian langkah yang beurutan. Menurut Herbert A Simon, proses pengambilan keputusan pada hakikatnya terdiri atas tiga langkah utama :
  1. Kegiatan inletejen. Dimbil dari penegrtian inletejen yang digunakan militer, langkah awal ini menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan.
  2. Kegiatan desain. Dlam tahap ini pembuatan, pengembangan dan penganalisaan sebagai rangkaian yang mungkin dilakukan.
  3. Kegiatan pemilihan. Pada tahap ini pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternatif yang tersedia (Herbert A Simon,)
Penyajian langkah-langkah proses pengambilan keputusan lainnya hanya sedikit berbeda dari apa yang dikemukakan oleh Simon, Newman dan Warren merinci langkah desain dan mengidentifikasikan melalui 4 tahapan :
  1. Pembuatan suatu diagnosis,
  2. Penemuan penyelesaian alternatif,
  3. Penganalisaan dan pembandingan alternatif-alternatif dan
  4. Pemilihan rencana yang diambil. (William H Newman, Charles E Summer dan E Kirby warren, 1972).
Sedangkan menurut Scott dan Mitchell, proses pengambilan keputusan meliputi :
  1. Proses pencarian /penemuan tujuan,
  2. Formulasi tujuan,
  3. Pemilihan alternatif atau strategi untuk mencapai tujuan dan
  4. Mengevaluasi hasil-hasil, William G Scott dan Terence R Mitchell, 1975).
Pendekatan konperhensif lainnya adalah dengan menggunakan analisa sistem.Selanjutnya ia mengkaji fakta dan nilai dalam pengambilan keputusan. Pembatasan Simon jelas antara keduanya. Fakta yang dapat diuji proposisi, di mana sebagai pernyataan etis mungkin timbul dari dalam organisasi, dan melibatkan kata-kata seperti “harus” atau “seharusnya.” Selain itu, keputusan ada yang mengandung faktual dan komponen etika, sehingga keputusan tidak dapat dievaluasi sebagai “benar” atau “salah.” Mereka hanya bisa dinilai oleh pencapaian tujuan, atau “nilai-nilai.” Hal ini tampak jelas perbedaannya antara organisasi public dan swasta.
Simon mengajukan gagasan mempertimbangkan rasionalitas dalam perilaku administratif. Idealnya, Simon menunjukkan bahwa semua pengambilan keputusan akan mengikuti proses seperti mata rantai. Namun, sistem nyata jarang sesederhana ini, dan orang tidak selalu berakhir dengan mempertimbangkan perilaku alternatif. Waktu, pengetahuan, dan kelompok mempengaruhi perilaku. Rasionalitas secara kasar didefinisikan sebagai perhatian atau keberpihakan pada pemilihan perilaku tertentu dari suatu system nilai yang dapat dievaluasi.

Dasar –Dasar Pengambilan Keputusan
1. RASIONALITAS KEPUTUSAN
Sarana hasil akhir (means ends) adalah definisi rasionalitas yang paling sering digunakan dalam pengambilan keputusan. Bila sarana (peralatan) dipilih secara tepat untuk mencapai berbagai hasil akhir yang diinginkan, keputusan dikatakan rasional. Bagaimanapun juga ada banyak komplikasi pada tes rasionalitas sederhana ini. Pertama adalah sulit untuk memisahkan sarana-sarana dari hasil akhir, karena suatu hasil akhir nyata mungkin hanya merupakan suatu sarana bagi hasil akhir dimasa mendatang. Gagasan ini bisa disebut means-ends chain atau hierarchy.  Simon, mengemukakan bahwa hirarki sarana hasil akhir terkadang merupakan satu rantai yang terintegrasi dan sepenuhnya kait mengkait. Hubungan antara kegiatan organisasi dan tujuan akhir sering kabur atau tujuan akhir ini dirumuskan secara tidak lengkap atau ada berbagai bentuk komplik internal dan kongtradiksi diantara tujuan dan diantara sarana-sarana yang dipilih untuk mencapainya ( Herbert A Simon, 1957). Disamping itu konsep yang digunakan dalam pengambilan keputusan bahkan mungkin sudah usang. Sebagai contoh ,  penggunaan analisis economic order quantity tanpa memperhatikan pemenuhan asumsi-asumsinya, dimana hal ini sulit dilakukan dalam situasi bisnis sekarang dapat mengarahkan pengambilan keputusan tidak rasional. Satu cara untuk memperjelas rasionalitas sarana hasil akhir adalah dengan menambahkan berbagai kata keterangan yang sesuai pada berbagai tipe rasionalitas. Jadi suatu keputusan disebut rasional secara obyektif adalah bila keputusan tersebut dapat memaksimumkan nilai-nilai tertentu dalam suatu situasi tertentu. Rasioonal secara subyektif dapat digunakan bila keputusan memaksimumkan perolehan relatif pengetahuan akan subyek tertentu. Rasional secara sadar mungkin diterapkan untuk keputusan-keputusan dimana berbagai penyesuaian sarana terhadap hasil akhir merupakan proses yang dilakukan dengan sadar. Suatu keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian sarana terhadap hasil akhir merupakan proses yang dilakukan dengan sadar. Suatu keputusan  rasional secara sengaja bila penyesuaian sarana terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi. Suatu keputusan adalah rasional secara orgaisasional dalam arti bahwa keputusan tersebut diarahkan pada tujuan organisasi dan rasional secara pribadi bila keputusan diarahkan ke tujuan individual.
2.     RASIONALITAS TERBATAS DAN SATISFICING
Model administratif pengambilan keputusan didasarkan pada hasil penelitian Hebert A. Simon. Simon mengajukan dua konsep yang penting dalam pembentukan model administratif : rasional terbatas dan satisficing. Rasionalitas terbatas (bounded rationality) berarti bahwa orang-orang memiliki keterbatasan dalam pemikiran rasional. Organisasi merupakan sesuatu yang sangat kompleks dan para manajer memiliki waktu dan kemampuan untuk memproses informasi dalam jumlah yang terbatas bagi pengambilan keputusan. Karena pemimpin tidak memiliki cukup waktu atau kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang lengkap mengenai keputusan yang kompleks, mereka harus satisficeSatisficing berarti bahwa pembuat keputusan memilih alternatif solusi pertama yang memenuhi kriteria keputusan minimal. Daripada mencari seluruh alternatif untuk mengidentifikasi solusi tunggal yang akan memaksimalkan pendapatan ekonomi, manajer akan memilih solusi pertama yang muncul untuk memecahkan masalah, meski diperkirakan ada solusi lain yang lebih baik. Pembuat keputusan tidak dapat mempertaruhkan waktu dan pengeluaran dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap.
Model administratif tergantung pada asumsi-asumsi yang berbeda dengan apa yang menjadi asumsi pada model klasik dan memfokuskan pada faktor-faktor organisasi yang mempengaruhi keputusan individu. Menurut model administratif :
  1. Sasaran keputusan terkadang tidak jelas, saling bertentangan, dan kurangnya kesepakatan antar pemimpin. Para pemimpin sering tidak menyadari masalah atau kesempatan yang ada dalam organisasi.
  2. Prosedur rasional tidak selalu digunakan, dan ketika digunakan ternyata dibatasi pada pandangan yang sederhana mengenai masalah yang tidak mencakup seluruh kompleksitas atas apa yang terjadi dalam organisasi yang sesungguhnya.
  3. Pencarian pemimpin terhadap alternatif-alternatif dibatasi oleh batasan-batasan manusiawi, informasi dan sumber daya.
  4. Kebanyakan pemimpin lebih memilih satisficing daripada memaksimalkan solusi. Hal demikian terjadi karena sebagian dari mereka memiliki keterbatasan informasi dan sebagian karena kriteria mengenai hal-hal apa saja yang memaksimalkan solusi tidak jelas.
Model administratif sering dianggap deskriptif, yang berarti menjelaskan bagaimana manajer mengambil keputusan secara aktual dalam situasi yang kompleks daripada sekedar memberikan perintah bagaimana seharusnya membuat keputusan menurut teori yang ideal.
3.      INTUISI
Aspek lain dalam pengambilan keputusan administratif adalah intuisi, yakni menyajikan pemahaman secara cepat terhadap situasi keputusan berdasarkan pengalaman masa lalu tanpa pemikiran yang mendalam. Pengambilan keputusan secara intuitif bukan merupakan hal yang sembarangan atau tidak masuk akal, karena hal tersebut didasarkan pada praktek bertahun-tahun dan berdasarkan pengalaman yang memudahkan manajer untuk mengidentifikasi solusi secara cepat tanpa melalui perhitungan seksama. Menurut  Michael Ray dan Rochelle Myers intuisi sesungguhnya adalah “recognisi”. Ketika orang-orang membangun pengalaman mendalam dan pengetahuan pada bidang tertentu, keputusan yang tepat terkadang datang dengan cepat tanpa kesulitan apapun dalam mengenali informasi yang sering dilupakan oleh pikiran sadar.
Para pemimpin tergantung pada intuisi untuk menentukan kapan munculnya masalah dan untuk mensintesiskan potongan data dan pengalaman yang terpisah menjadi gambaran yang terintegrasi. Mereka juga menggunakan intuitif untuk menilai hasil dari analsiis secara rasional. Apabila analisis rasional tidak sesuai dengan intuisinya, para manajer akan menggali lebih mendalam sebelum menerima usulan alternatif. Intuisi membantu para manajer memahami situasi yang bercirikan ketidakpastian dan ambiguitas yang telah terbukti tidak mempan terhadap analisa rasional.

B. Jenis-jenis Keputusan Organisasi
Jenis Keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut. Bagian mana organisasi harus  dilibatkan dalam mengambil keputusan, dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut difokuskan.

Secara garis besar keputusan digolongkan ke dalam keputusan rutin dan keputusan yang tidak rutin. Keputusan rutin adalah keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang, dan biasanya telah dikembangkan cara tertentu untuk mengendalikannya. Keputusan tidak rutin adalah keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.

Dalam mengambil keputusan, baik yang bersifat rutin maupun tidak, ada dua metode yang digunakan. Metode pertama adalah metode tradisional, dimana pengambilan keputusan lebih berdasarkan pada intuisi dan kebiasaan. Metode yang kedua adalah metode modern, dimana pengambilan keputusan  didasarkan pada perhitungan matematis dan penggunaan instrumen yang bersifat modern, seperti komputer dan perhitungan statistik.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam Pengambilan Keputusan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut Terry, yaitu :
a)     Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
b)     Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
c)     Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan organisasi.
d)    Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan.
e)     Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.
f)       Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
g)     Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
h)      Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
i)       Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya.
Namun, terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan, antara lain:
1.    Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2.    Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3.    Rasional 
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4.    Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5.    Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6.    Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

D. Implikasi Manajerial

Proses Pengambilan Keputusan partisipatif dalam organisasi sekolah Manajerial yang baik. Rendahnya kemaMpuan kepala sekolah akan berpengaruh terhadap perolehan dukungan dari masyarakat khususnya dukungan dalam mengambilan keputusan yang dikeluarkan sekolah terkait dengan kebijakan dan rencana program pengembangan sekolah.
Proses Pengambilan Keputusan yang dilakukan oleh Bibit-Chandra, yang pada intinya Presiden Republik Indonesia mengambil keputusan untuk membentuk Tim Pencari  Fakta (TPF). Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Presiden berdasarkan pada wewenang yang dimiliki, rasional , dan fakta yang terjadi. Hal tersebut sesuai dengan dasar teori pengambilan keputusan.

Pustaka serta Sumber Referensi :

Kasim, Azhar. Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. 1995
Syamsi, Ibnu. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara. 1989
Wursanto,  Ig.  2000,
Dasar-dasar Ilmu Organisasi, Edisi Pertama, Andi, Yogyakarta.
Gibson, dkk. ORGANISASI, Perilaku, Struktur, Proses. Edisi kedelapan Jilid dua. Tangerang:
Binarupa AksaraZazin, Nur. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Konflik. Yogyakarta: Absolute Media
http://cumaatugaas.blogspot.com/2013/05/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi.html
Ihsan. 2009. Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan [Online]http://www.ruangihsan.net/2009/08/peran-kepemimpinan-dalam pengambilan.html